Monday, December 15, 2008

Krisis Global Itu Apa?

"albamsigit"

Orang Desa, sepert saya tidak tahu arti sebenarnya "Krisis Global".
Mungkin dampak yang dirasakan saja yang agak lain dari bulan atau tahun yang lalu. Jika kemarin BBM naik dan diiuti atau bahkan didahului oleh kenaikan segala macam kebutuhan hidup, tapi masih bisa bertahan.
Tapi sekarang walau BBM (Premium dan Solar) turun, malahan mulai merasakan juga dampaknya. Banyak PHK buruh-buruh pabrik yang biasanya menambah penghasilan warga sekitar pabrik, tapi dengan tutupnya usaha menjadi sepi pelanggan yang berasal dari buruh-buruh pabrik. Sehingga dengan turunnya pendapatan menjadikan berat untuk membeli kebutuhan dan belanja modal.
Seperti Perusahaan milik negara, Perusahaan Swastapun cepat bangkrut jika pengendalian biaya dan pengembangan usaha (penjualan) macet. Bisa karena pasar yang berkurang, bisa juga pengendalian dana perusahaan tidak terkontrol, pemborosan biaya, manipulasi dan korupsi. Korupsi di tingkat Perusahaanpun tidak jauh beda dengan Negara. Semua sudah mengakar kuat dari Pucuk pimpinan perusahaan dan Buruh. Cara pandang jangka pendek seseorang yang ingin cepat kaya adalah pemicu bangkrutnya sebuah perusahaan. Karywan ingin cepat melipatgandakan penghasilan dengan cara korupsi. Bagaimana susahnya memberantas korupsi jika dari atasan yang harusnya pegang kendali malah menyuap anak buah untuk sekongkol dan tutup mulut. Tidak ada pendidikan mental kejujuran mengakibatkan ada anggapan bahwa secara langsung lebih menguntungkan bekerjasama dengan atasan yang korup dari pada membela pengusaha yang tidak secara langsung memberikan keuntungan dan jaminan kemanan posisi karyawan dalam hal penggagalan tindak korup di perusahaan.
Karyawan cenderung menutupi tindakan korup pimpinan karena banyak keuntungan daripada kerugian langsung:
Keuntungan:
- Dapat uang suap (bagian) dari Pimpinan
- Jabatan dan Gaji cepat dinaikkan
- Jika ada masalah dilindungi oleh pimpinan
Kerugian: (kenbayakan kerugian tidak langsung material tapi Spritual)
- Hidup tidak tenteram (tidak sesuai hati nurani)
- Hidup dengan uang tidak halal (menggunakan uang tidak halal untuk berfoya-foya)
- Lama-lama perusahaan bangkrut, sehingga kena PHK (menjadi pengangguran)
Stop Korupsi, mari berkompetisi cari kekayaan dan bertahan hidup secara FAIR.
KATAKAN TIDAK! KATAKAN TIDAK! ........................halhah... kayak Kampanye saja!!???

Thursday, December 11, 2008

"albamsigit"

Masih Buruh Belum Sesukses Pengusaha

Politik di Negara dan Politik di tempat kerja

Buat pemikir-pemikir amatiran seperti saya ini, hasilnya juga pasti amatiran tapi mungkin baik buat inspirasi buat anda-anda pemikir atau pengamat “Profesional”.

Jelang pemilu legislatif dan presiden tahun 2009, sudah mulai hangat kampanye atau sekedar promo, bursa capres dan cawapres. Semua beriklan sangat menjanjikan terutama tentang kesejahteraan. Semua berpikir ingin menang dengan janji-janji mereka. Semua berjuang untuk dipilih dan menang dengan biaya besar, apapun tujuan dan sumbernya, pasti sangat banyak. Kalau dipikir oleh pemikir amatiran seperti saya ini, buat apa sih harus keluar uang banyak untuk jadi presiden? Jadi presiden kan sangat berat tugas dan tanggungjawabnya. Harus memimpin bangsa dan bekerja keras untuk kemajuan rakyat. Mengapa harus keluarkan dana yang besar untuk menjadi wakil rakyat dan presiden? Sederhana saja kan bisa, tidak perlu berkampanye dan beriklan janji-janji doang. Sekali lagi ini hanya hasil pemikir amatiran. Terus yang menjadi kekhawatiran masyarakat adalah penipuan dari segala macam janji dan iklan. Setelah jadi presiden nanti dia akan tidak kosentrasi bertugas, karena menjadi presiden ternyata tugas dan tangungjawabnya berat, akhirnya pekerjaannya hanya sekedarnya saja asal jalan sesuai jadwal dan anggaran, apalagi yang dipikirkan nanti hanya baliknya modal biaya waktu kampanye saja. Apa itu tidak akan menjadikan rakyat dan bangsa ini menjadi lebih sengsara lagi. Sama seperti ditempat kerja, tujuannya hanya untuk naik jabatan dan naik gaji saja, coba kalau ada pemilihan ketua wakil karyawan yang tidak dibayar, pasti saling menghindar.

Coba kalau presiden dan legislative di negeri ini dibikin seperti pemilihan ketua RT, ketua kelas di SD, SMP, SMA dst, mereka tidak mendapat gaji (tidak DIBAYAR), pasti semua pada saling menghindar, tidak perlu sampai beriklan janji.
Memang capres yang mendaftar biasanya untuk gaji tidak menjadi hal yang paling diinginkan, kebanyakan mereka para capres, sudah berharta melimpah, mungkin kehormatan, mungkin kewibawaan. Terus kalau tanpa pamrih mengapa harus keluar dana banyak dan beriklan janji?

Tapi jik ada orang yang bersedia jadi presiden tanpa digaji, murni hanya social seperti ketua RT, justru akan rela berjuang untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat.

Ada yang mau?
Dicoba saja dalu, siapa tahu?

Semoga Presiden kita 2009-2014 adalah yang benar-benar tanpa pamrih pribadi.

Pokok'e Pro KPK-lah.

Apakah anda pernah mengalami yag pernah saya alami? Berpidah-pindah pekerjaan, baik di lain perusahaan maupun di satu perusahaan. Berganti posisi, jabatan dan Unit/Departemen. Banyak berganti suasana kerja, teman dan atasan. Semua hampir mirip, seperti politik di negeri ini. Ada semacam kompetisi meraih kesuksesan, dengan cara positif atau negatif (relatif). Ada banyak basa-basi, pamrih dan tulus, semua membaur hampir tiada bisa dilihat (Kasat mata). Pemimpin berkelompok sama pemimpin, bawahan berkelompok sama bawahan, sepertinya hal yang wajar. Semua mengejar prestasi, ambisi dan kebutuhan. Dimanapun saling berlomba berkompetisi menurut jalan dan cara masing-masing. Seperti yang sering terjadi kompetisi menjadi tidak sehat jika faktor pemimpin yang tidak tegas dan fair (relatif). pemimpin harusnya mempunyai tugas dan tangung jawab lebih dari bawahannya setimpal dengan gaji dan benefitnya. Tapi Siapa yang mau harus susah-susah bekerja keras jika masih ada kesempatan dan bisa berbuat seenaknya, dengan cara memaksimalkan para bawahannya untuk menanggung tugas dan kejaannya. Pandai-pandai para pemimpin berdiplomasi untuk menutupi kekurangannya fairkan?(relatif).
Konflik akan timbul jika salah satu merasa dirugikan dan mengangap pengaruh subjektifitas pimpinan sangat dominan. Pemimpin merasa tidak dihormati, pemimpin merasa tidak didengar, adalah pemikiran yang wajar, tapi jika pemimpin terlalu dekat dengan bawahan yang inilah yang tidak wajar (relatif). Terlalu jauh jangan terlalu dekat jangan. Terlau jauh akan menghasilkan suasana kerja yang kaku, tidak menguasai kemampuan dan kemauan bawahan. Bawahan yang terlalu jauh dengan atasan dianggap tidak supel bahkan bisa-bisa dianggap tidak sopan, itu wajar tapi bisa menimbulkan kerugian secara langsung terhadap bawahan, misalnya dinilai negatif di masa evaluasi dan yang paling menakutkan adalah menyangkut karir dan gajinya. Jika bawahan dan pemimpin terlalu dekat banyak menimbulkan konflik ke yang lain. Menimbulkan kesempatan bawahan bertindak tidak sopan, misalnya becanda terlalu berlebihan, kewibawaan pemimpin menjadi berkurang. Akhirnya menimbulkan kecemburuan sosial ke bawahan yang lain dan memberi peluang terjadinya konflik atau perselisihan diantara para bawahannya. Ujung-ujungnya Kinerja menjadi tidak maksimal.
Apa untung-ruginya diam atau pendiam (semu)?
Pengalaman dan pengamatan:
1. Diam
Untung:
Menjadi anak yang baik dimata pemimpin, karir berkembang
Tidak lelah, karena bisa konsentrasi seratus persen terhadap dirinya tanpa terganggu aktifitas orang lain.
Aman dalam hal tanggung jawab untuk bicara dan ide-de.
Ilmu dan jabatan tidak akan terbagi atau tersangi oleh teman lain.
Menjadi mitra yang baik bagi rahasia perusahaan.
Rugi: (Relatif), biasanya kerugiannya bukan hanya untuk dirinya tetapi juga merugikan orang lain.
Dicap egois, tidak mau mengkritik dan memberi masukan ide-ide dan ilmu ke teman lain.
Menjadi sasaran yang empuk buat pemimpin-pemimpin yang korup (relatif).

Jangan Mengharap dari Judi dan Undian

Jaman Porkas dan SDSB telah berakhir. Tapi yang namanya judi masih saja marak, semakin dilarang semakin canggih inovasi penjudi dan bandar mengelabuhi. SMS dengan tarif Rp2000/SMS, dengan cara "REG & UNREG" banya marak di media masa akhir-akhir ini. Nasid dan keberuntungan yang diharapkan, kalau tidak bisa dibilang masuk kategori judi.
Pernah iseng-iseng SMS, tapi tidak pernah dapat hasil. Kalau untuk sekedar tes keberuntungan silakan tapi kalau sangat mengharapkan janganlah.
Seperti juga ini tes keberuntungan, tapi agak sedikit keluar modal pernah aku coba di https://www.klikrupiah.com/index.php?ref=albam
Hasilnya ya iseng-iseng gratisan berhadiah.

uang & sahabat

Setiap hari kita beraktivitas, mulai dari bangun pagi di rumah, tiada hentinya kita beraktivitas. menyiapkan sarapan pagi, menyiapkan air hangat buat anak atau suami, cuci pakaian, jemur cucian, seterika baju, merapikan dandanan anak sekolah, membersihkan kamar tidur, menaypu halaman, pel lantai, antar anak sekolah, pulang antar anak baru bisa mengurus pribadi, mandi, dandan dan berangkat kerja atau aktivitas lain.
Belum berhenti sampai di situ, masih banyak aktivitas yang menunngu di tempat kerja, briefing atau meeting pagi, terima banyak sekali komplin, kritik, tugas-tugas kemarin yang belum kelar, tugas-tugas baru yang semakin bertambah menumpuk. Waktu cepatberlau dan rasantya kuran atau bahkan waktu sisa banyakpun terasa sangat mengganggu seperti buang waktu sia-sia.
Pulang kerja, masih setumpuk tugas rumah menanti dari jemput anak les, beli kebutuhan sehari-hari yang telah habis jatah bulanannya, diajak anak jalan-jalan sore masih menyenangkan. Tapi biasanya tugas atau acara-acara sosial yang lain banyak untuk dilaksanakan, seperti: besuk kerabat sakit, melahirkan, pernikahan dll. Pulang itu masih harus menyiapkan makan malam, memandikan anak, mendampingi anak belajar.
"Hmmmmmmbssssss.... tarik napas dalam-dalam dan hempuskan pelan-pelan".
Disyukuri saja, semu masih bisa diatasi dan dijalankan, dengan selamat. Dan yang penting masih diberi kesehatan yang menjadi kekuatan untuk melakukan segala aktivitas di atas.
Terus apa yang kita peroleh, tentunya hasil kerja atau aktivitas kita di atas adalah uang dan sahabat.
Itulah pokok utama yang paling penting. Asalkan antara pendapatan uang dan pendapatan sahabat bisa seimbang mestinya harus kita syukuri.
Coba cari contoh di sekitar anda, masih adakah saudara atau teman yang sudah cukup umur, sudah mapan bekerja tapi masih suka hidup menyendiri alias masih jomblo. Dengan alasan masih ingin mengejar karier dan uang atau harta. Mereka masih takut untuk berkeluarga dan mempunyai anak. Atau sudah menikah tetapi masih menunda untuk mempunyai keturunan dengan alasan karier dan harta yang terkumpul.
Bagaimana menjelaskan kepada mereka? Sebenarnya uang yang mereka cari itu hanyalah sedikit, tidak ada manusia di dunia ini yang cukup dengan uang sebanyak apapun. Kalaupun ada pasti karena terpaksa dan itupun pasti masih mengeluh kekurangan duit. Jauh dibandingkan dengan suasana hangat sambutan teman-teman, sahabat-sahabat yang banyak mereka punya. Kita masih kurang uang tapi masih ada sambutan hangat keluarga dan anak-anak yang berteriak sambil melonjak-lonjak " Horeee, ayah pulang, ayah pulang, ayah pulang" ucapan yang berulang-ulang dengan teriakan serta wajah mereka yang ceria, menyamput kita datang dari aktivitas yang rutin dan sangat membosankan, menjadi sejuk setelah menangkap anak-anak yang berhampuran keluar rumah menyambut dan memeluk kita.
Uang tidak sebanding dengan sambutan meriah anak-anak dengan wajah ceria. "Mana oleh-olehnya, yah?" . Kurogoh saku jaketku lalu kusodorkan sebatang coklat yang bisa dipotong untuk dibagi-bagi. Anak-anapun bersorak-sorak sambil berteriak keras mengucap kata "terimakasih, yah".
"Hemmmmbssss..... tarik napas dalam-dalam, hempuskan pelan-pelan, akhirnya bisa sedikit lega, sekarang....!"