Thursday, December 11, 2008

uang & sahabat

Setiap hari kita beraktivitas, mulai dari bangun pagi di rumah, tiada hentinya kita beraktivitas. menyiapkan sarapan pagi, menyiapkan air hangat buat anak atau suami, cuci pakaian, jemur cucian, seterika baju, merapikan dandanan anak sekolah, membersihkan kamar tidur, menaypu halaman, pel lantai, antar anak sekolah, pulang antar anak baru bisa mengurus pribadi, mandi, dandan dan berangkat kerja atau aktivitas lain.
Belum berhenti sampai di situ, masih banyak aktivitas yang menunngu di tempat kerja, briefing atau meeting pagi, terima banyak sekali komplin, kritik, tugas-tugas kemarin yang belum kelar, tugas-tugas baru yang semakin bertambah menumpuk. Waktu cepatberlau dan rasantya kuran atau bahkan waktu sisa banyakpun terasa sangat mengganggu seperti buang waktu sia-sia.
Pulang kerja, masih setumpuk tugas rumah menanti dari jemput anak les, beli kebutuhan sehari-hari yang telah habis jatah bulanannya, diajak anak jalan-jalan sore masih menyenangkan. Tapi biasanya tugas atau acara-acara sosial yang lain banyak untuk dilaksanakan, seperti: besuk kerabat sakit, melahirkan, pernikahan dll. Pulang itu masih harus menyiapkan makan malam, memandikan anak, mendampingi anak belajar.
"Hmmmmmmbssssss.... tarik napas dalam-dalam dan hempuskan pelan-pelan".
Disyukuri saja, semu masih bisa diatasi dan dijalankan, dengan selamat. Dan yang penting masih diberi kesehatan yang menjadi kekuatan untuk melakukan segala aktivitas di atas.
Terus apa yang kita peroleh, tentunya hasil kerja atau aktivitas kita di atas adalah uang dan sahabat.
Itulah pokok utama yang paling penting. Asalkan antara pendapatan uang dan pendapatan sahabat bisa seimbang mestinya harus kita syukuri.
Coba cari contoh di sekitar anda, masih adakah saudara atau teman yang sudah cukup umur, sudah mapan bekerja tapi masih suka hidup menyendiri alias masih jomblo. Dengan alasan masih ingin mengejar karier dan uang atau harta. Mereka masih takut untuk berkeluarga dan mempunyai anak. Atau sudah menikah tetapi masih menunda untuk mempunyai keturunan dengan alasan karier dan harta yang terkumpul.
Bagaimana menjelaskan kepada mereka? Sebenarnya uang yang mereka cari itu hanyalah sedikit, tidak ada manusia di dunia ini yang cukup dengan uang sebanyak apapun. Kalaupun ada pasti karena terpaksa dan itupun pasti masih mengeluh kekurangan duit. Jauh dibandingkan dengan suasana hangat sambutan teman-teman, sahabat-sahabat yang banyak mereka punya. Kita masih kurang uang tapi masih ada sambutan hangat keluarga dan anak-anak yang berteriak sambil melonjak-lonjak " Horeee, ayah pulang, ayah pulang, ayah pulang" ucapan yang berulang-ulang dengan teriakan serta wajah mereka yang ceria, menyamput kita datang dari aktivitas yang rutin dan sangat membosankan, menjadi sejuk setelah menangkap anak-anak yang berhampuran keluar rumah menyambut dan memeluk kita.
Uang tidak sebanding dengan sambutan meriah anak-anak dengan wajah ceria. "Mana oleh-olehnya, yah?" . Kurogoh saku jaketku lalu kusodorkan sebatang coklat yang bisa dipotong untuk dibagi-bagi. Anak-anapun bersorak-sorak sambil berteriak keras mengucap kata "terimakasih, yah".
"Hemmmmbssss..... tarik napas dalam-dalam, hempuskan pelan-pelan, akhirnya bisa sedikit lega, sekarang....!"

No comments: