Politik di Negara dan Politik di tempat kerja
Buat pemikir-pemikir amatiran seperti saya ini, hasilnya juga pasti amatiran tapi mungkin baik buat inspirasi buat anda-anda pemikir atau pengamat “Profesional”.
Jelang pemilu legislatif dan presiden tahun 2009, sudah mulai hangat kampanye atau sekedar promo, bursa capres dan cawapres. Semua beriklan sangat menjanjikan terutama tentang kesejahteraan. Semua berpikir ingin menang dengan janji-janji mereka. Semua berjuang untuk dipilih dan menang dengan biaya besar, apapun tujuan dan sumbernya, pasti sangat banyak. Kalau dipikir oleh pemikir amatiran seperti saya ini, buat apa sih harus keluar uang banyak untuk jadi presiden? Jadi presiden kan sangat berat tugas dan tanggungjawabnya. Harus memimpin bangsa dan bekerja keras untuk kemajuan rakyat. Mengapa harus keluarkan dana yang besar untuk menjadi wakil rakyat dan presiden? Sederhana saja kan bisa, tidak perlu berkampanye dan beriklan janji-janji doang. Sekali lagi ini hanya hasil pemikir amatiran. Terus yang menjadi kekhawatiran masyarakat adalah penipuan dari segala macam janji dan iklan. Setelah jadi presiden nanti dia akan tidak kosentrasi bertugas, karena menjadi presiden ternyata tugas dan tangungjawabnya berat, akhirnya pekerjaannya hanya sekedarnya saja asal jalan sesuai jadwal dan anggaran, apalagi yang dipikirkan nanti hanya baliknya modal biaya waktu kampanye saja. Apa itu tidak akan menjadikan rakyat dan bangsa ini menjadi lebih sengsara lagi. Sama seperti ditempat kerja, tujuannya hanya untuk naik jabatan dan naik gaji saja, coba kalau ada pemilihan ketua wakil karyawan yang tidak dibayar, pasti saling menghindar.
Coba kalau presiden dan legislative di negeri ini dibikin seperti pemilihan ketua RT, ketua kelas di SD, SMP, SMA dst, mereka tidak mendapat gaji (tidak DIBAYAR), pasti semua pada saling menghindar, tidak perlu sampai beriklan janji.
Memang capres yang mendaftar biasanya untuk gaji tidak menjadi hal yang paling diinginkan, kebanyakan mereka para capres, sudah berharta melimpah, mungkin kehormatan, mungkin kewibawaan. Terus kalau tanpa pamrih mengapa harus keluar dana banyak dan beriklan janji?
Tapi jik ada orang yang bersedia jadi presiden tanpa digaji, murni hanya social seperti ketua RT, justru akan rela berjuang untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat.
Ada yang mau?
Dicoba saja dalu, siapa tahu?
Semoga Presiden kita 2009-2014 adalah yang benar-benar tanpa pamrih pribadi.
No comments:
Post a Comment